Thursday 27 August 2015

Jangan Sepelekan "Batuk-Pilek" pada Anak

Kita ketahui bersama bahwa batuk pilek pada anak adalah hal yang wajar, seorang anak, terutama balita sedikitnya mengalami batuk pilek 3-8 kali per tahun. Sehingga banyak orang tua yang terkesan "cuek" jika anak-anaknya mengalami batuk-pilek.

Memang sih, gak setiap anak kita batuk pilek, kita harus bawa berobat ke dokter, tapi jika batuk pilek anak sudah lebih dari 2-3 hari, sebaiknya segeralah berobat. Karena jika batuk pilek pada anak dibiarkan bisa berakibat penyakit yang serius lho...



Penyakit "lanjutan" dari batuk pilek pada anak bisa menjadi radang paru-paru (pneumonia), radang telinga tengah (otitis media akut), radang telinga kronis/congekan (otitis media kronis), radang rongga sinus (sinusitis) dan lainnya, Pada kesempatan ini saya mungkin akan bahas satu penyakit dulu, yaitu  radang telinga tengah (otitis media akut /  OMA).

Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83% dan sekitar 30% balita yang sakit  batuk pilek mengalami radang telinga tengah (otitis media akut), 8% balita yang sakit  batuk pilek mengalami radang rongga sinus.

Penyebab 

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering.
Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.

Tanda & Gejala
Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh tinggi serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi pecah/ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang.Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.

Diagnosis terhadap OMA tidak sulit, dengan melihat gejala klinis dan keadaan membran timpani biasanya diagnosis sudah dapat ditegakkan. Penilaian membran timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan lampu kepala dan otoskopi. Perforasi yang terdapat pada membran timpani bermacam-macam, antara lain perforasi sentral, marginal, atik, subtotal, dan total.



Foto dari berbagai sumber

Sedikit Info Klinis 

OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain:
Stadium oklusi tuba eustachius
Terdapat gambaran retraksi membran timpani.
Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.
Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.

Stadium hiperemis
Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.
Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

Stadium supurasi
Membran timpani menonjol ke arah luar.
Sel epitel superfisila hancur.
Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.
Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat.

Stadium perforasi
Membran timpani ruptur.
Keluar nanah dari telinga tengah.
Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.
Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.
Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh baik.



Pengobatan
Pengobatan OMA pada umumnya dengan pemberian antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. walaupun sebenarnya pengobatan OMA tergantung pada fase / stadium dari penyakit OMA itu sendiri


Komplikasi
Sebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialah abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.


Pencegahan
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
1. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.
2. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.
3. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.
4. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

Oleh dr.Anton Hilman a.k.a KangAntonH




No comments:

Post a Comment

Leave a Comment To My Blog Please,,, (^_^)

Stroke adalah Serangan Otak Gawat Darurat

Stroke   Stroke adalah Serangan Otak Gawat Darurat    ( Ilustrasi Stroke : https://theheartysoul.com/signs-of-strokes-in-women/) ...

POSTINGAN LAINNYA